Fase Indonesia - Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) di Sambas, Kalimantan Barat 2016




Pada tahun 2015 kalimantan barat dipercaya menjadi tuan rumah dalam program Pertukaran Pemuda Indonesia – Australia  (PPIA) pada fase Indonesia. Adapun kegiatan yang akan  dilakukan para 36 delegasi Indonesia dan Australia terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase desa dan fase kota. Di dua fase ini, para peserta akan tinggal bersama masyarakat (Homestay)  untuk mengenal kehidupan dan kebudayaan masyarakat Kalimantan Barat  secara langsung dan diharapkan dengan mengadakan homestay, para peserta dapat meningkatkan rasa mutual understanding  karena mereka tinggal dengan masyarakat yang memiliki latar belakang dan budaya yang sangat berbeda. 
Adapun Fase desa dilakukan di desa Lumbang, Sambas, Sedangkan fase kota dilakukan di kota Pontianak. Setiap fase memiliki kegiatan yang berbeda. Pada fase desa, peserta melakukan community development dimana mereka melakukan projek yang terdiri dari berbagai bidang seperti Kesehatan, Pendidikan, dll. Sedangkan di fase kota, peserta akan melakukan Work Placement, dimana peserta akan di tempatkan di instansi, kantor pemerintahan dan NGO sesuai dengan minat para delegasi. 
Sebelum berangkat ke desa lumbang, para delegasi diberikan mini workshop tentang community development dan para peserta juga diberikan waktu untuk mebuat rancangan tentang projek apa yang akan mereka di desa lumbang.



(Para delegasi sedang merancang projek yang akan mereka buat)

Pada tanggal 14 Desember 2015, para delegasi  tiba di desa lumbang , sambutan dari masyarakat lumbang sangat meriah akan kehadiran peserta PPIA, ketika mereka tiba di desa, mereka disambut dengan pertunjukan silat tradisional dan tarian 3 etnis (Dayak, Tiongkok dan Melayu). Setelah itu masyarakat lumbang mengajak para peserta untuk duduk dan melakukan “Tradisi tepung tawar dan Bepapas”. Ini merupakan tradisi melayu yang dilakukan untuk memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan,ketika ada pendatang baru datang ke suatu tempat.
Setelah melakukan Tepung Tawar dan Bepapas, para delegasi diundang untuk menghadiri acara jamuan makanan yang disebut  “Saprahan”.  Saprahan dalam bahasa melayu berasal dari kata “Saprah” yang berarti berhampar, jadi saprahan ini merupakan sebuah tradisi makan bersama masyarakat melayu yang dilakukan dengan duduk lesehan atau bersila di atas lantai. Tradisi makan saprahan memiliki nilai filosofis  yang penting yaitu “duduk sama rendah berdiri sama tinggi” ini berarti bahwa pada saat saprahan menekankan pentingnya kebersamaan, keramahtamahan, serta rasa kekeluargaan.



(Tradisi Saprahan menyambut kedatangan para delegasi PPIA)

Setelah tradisi saprahan, Laison officer PPIA, Desy Feriyanti, mengumumkan orang tua angkat bagi para peserta,para  orang tua angkat  tampak antusias menyambut ‘Keluarga baru’ yang akan tinggal  di rumah mereka selama 1 bulan.
Selama di desa lumbang, para delegasi  telah membuat beberapa projek seperti instalasi  air bersih, perpustakaan, membuat tempat sampah organik dan anorganik, mengecat TK, dan mengunjungi sekolah-sekolah dan kampus untuk mengadakan kelas motivasi, para peserta juga melakukan Penampilan Budaya (Culture Performance) disana.



(Projek instalasi air bersih*), *diambil dari Fanspage Facebook official AIYEP 2015



Penyuluhan tentang cara membuang sampah dengan benar*
*diambil dari Fanspage Facebook official AIYEP 2015



Penyuluhan cara mensikat gigi dengan benar*
*diambil dari Fanspage Facebook official AIYEP 2015



Kelas motivasi dari para delegasi*
*diambil dari Fanspage Facebook official AIYEP 2015



Pendirian perpustakaan mini oleh para delegasi*
*diambil dari Fanspage Facebook official AIYEP 2015

Tidak terasa kegiatan community development akan  berakhir di desa Lumbang, para delegasi akhirnya siap-siap untuk melakukan fase selanjutnya yaitu fase Kota. Raut sedih tak dapat disembunyikan oleh para delegasi maupun orang tua angkat, ada begitu banyak cerita,dan pengalaman yang telah mereka buat di desa Lumbang, bagi orang tua angkat, para delegasi sudah dianggap seperti “Anak Sendiri” sehingga ada beberapa orang tua angkat yang meneteskan air mata ketika para delegasi berpamitan.



Delegasi dari Jawa Barat, Ika, tampak begitu sedih untuk berpamitan dengan
orang tua angkatnya
Meskipun para delegasi PPIA sudah tidak ada di Desa Lumbang, tetapi semangat para delegasi masih terasa sampai sekarang dengan adanya projek yang telah mereka buat untuk desa Lumbang, dan masyarakat Lumbang masih melanjutkan projek yang mereka buat, para delegasi PPIA akan selalu dikenang oleh masyarakat Lumbang, karena mereka telah menginsipirasi dan memotivasi pemuda-pemuda disana untuk melakukan hal hal yang positif untuk membangun desa mereka.


Editor: Zulkarnain, IChyep 2015

No comments:

Post a Comment